MAKALAH
PENDEKATAN DAN METODE
“Mata Kuliah : Pembelajaran Seni Rupa di SD”
Dosen Pengampu : Drs. Edy Siswanto, M.Pd.
Disusun
oleh : Kelompok 6
1.
Susilowati (15.141.059)
2.
Khusnul Khotimah (15.141.069)
3.
Ni’matul khoiriyah (15.141.076)
Kelas
: 4B
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI MADIUN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Pendekatan dan Metode” ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran
Seni Rupa di SD.
Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini, tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingannya, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Drs. Edy Siswanto, M.Pd. selaku guru mata kuliah Pembelajaran Seni Rupa
di SD yang
telah membimbing kami.
2.
Orang
tua yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada kami.
3.
Serta teman-teman yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu,
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya,
kami mengharapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Madiun,
09 Mei 2017
Penulis,
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... .. i
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... .. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... .. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................... .. 2
C.
Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
D.
Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pendekatan Pembelajaran Seni Rupa
............................................................ 3
B.
Pengertian dan Tujuan Penggunaan
Metode ................................................. 8
C.
Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Khusus Seni Rupa .................................... 8
D.
Metode Pembelajaran Seni Rupa di SD ..................................................... .. 9
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................. 15
B.
Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ .. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Memilih suatu pendekatan dalam pendidikan seni
hendaknya mengacu kepada misi dan tujuan pendidikan seni, karakteristik siswa,
jenis dan karakteristik bahan ajar, dan lingkungan belajar. Misi pendidikan
seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan rasa, dengan tujuan agar
terbentuk manusia yang memiliki kepribadian seimbang secara jasmani-rohani,
mental-spiritual, dan intelektual-emosional. Pelaksanaan pendidikan seni rupa
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mempertimbangkan bahwa
pendidikan seni sebagai wahana bermain yang bermuatan edukatif dan membangun
kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni sebagai sarana
pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan
seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan.
Jenis dan
karakteristik bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar seni
rupa/kerajinan yang bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill)
penguasaan kecakapan teknis-motorik, ada yang mengembangkan kemampuan
berekspresi-kreatif, ada yang menekankan pengembangan apresiasi. Secara garis besar, dapat pula dibedakan antara
“belajar pemertahanan” (maintenance learning) dan “belajar inovatif” (innovative
learning) (Botkin, 1984).
Pendidikan Seni Rupa dapat mencakup kognisi, apresiasi
dan berkreasi. Kegiatan kognisi dan apresiasi memberi bekal kepada anak untuk
mengenal dan memahami pengetahuan kesenirupaan, seperti: mengenal unsur-unsur
dasar seni, prinsip-prinsip seni, fungsi seni, hubungan seni dengan
kehidupan masyarakat. Kegiatan kreasi dalam pelaksanaannya memberikan kebebasan
berekspresi dan memberikan saluran emosi serta memiliki peran dalam
mengembangkan mental-spiritual anak-anak.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah mengenai :
1. Apa
saja pendekatan dalam pembelajaran seni?
2. Apa
pengertian dan tujuan penggunaan metode pembelajaran?
3. Apa
saja jenis-jenis metode pembelajaran seni rupa?
4. Apa
sajakah metode pembelajaran seni rupa di SD?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui inti atau pokok :
1. Untuk
mengetahui pendekatan dalam pembelajaran seni
2. Untuk
mengetahui pengertian dan tujuan penggunaan metode pembelajaran
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis metode pembelajaran seni rupa
4. Untuk
mengetahui metode pembelajaran seni rupa di SD
D. Manfaat
Penulisan
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penulis rumuskan beberapa
manfaat penelitian yang diharapkan diantaranya :
1. Dapat menambah wawasan tentang pendekatan dan metode pembelajaran seni rupa di SD.
2. Dapat mengetahui pengertian dan tujuan penggunaan metode
pembelajaran.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan (modal) kita selaku mahasiswa
ketika nanti menjadi tenaga pendidik untuk menerapkan pendekatan dan metode
pembelajaran seni rupa.
4. Dapat mengetahui jenis-jenis metode pembelajaran seni
rupa.
5. Dapat menambah wawasan mengenai metode pembelajaran seni rupa di SD.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan
Pembelajaran Seni Rupa
Pendekatan pembelajaran pendidikan seni rupa digunakan
sebagai penentu hubungan antara manipulasi pembelajaran dengan kinerja atau
hasil pembelajaran. Pandangan pendidikan seni rupa dalam pendekatan
pembelajaran ada dua yaitu: (1) Pendidikan seni rupa adalah pendidikan
keterampilan, yang berarti setelah rangkaian proses pembelajaran harus memiliki
keterampilan di bidang seni rupa, (2) Keterampilan berkarya seni rupa pada
katagori yang layak jual itu tidak penting, maksudnya tidak berorientasi pada
penjualan tetapi pada pendidikan.
Pembelajaran pendidikan seni dilaksanakan baik dengan
pendekatan terpisah dan terpadu. Pendekatan terpisah ialah melaksanakan
pembelajaran setiap bidang seni, sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan
substansi masing-masing. Pendekatan terpadu ialah melaksanakan pembelajaran
yang memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan, seni
multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran pendidikan seni secara terpadu
meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif.
Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan
kegiatan apresiasi terhadap karya seni yang merupakan perpaduan antara dua atau
lebih bidang seni, baik secara langsung maupun melalui media audio-visual,
misalnya pertunjukan musik, tari, teater, atau film. Pembelajaran produktif
secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya dan penyajian seni yang
melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya dalam bentuk seni pertunjukan
atau kolaborasi antar bidang seni. Alternatif pelaksanaan mata pelajaran
pendidikan seni sebagai berikut: 1) Sekolah yang memiliki lebih dari satu guru
bidang seni, masing-masing guru memberikan pembelajaran seni sesuai dengan
bidangnya secara terpisah; 2) Siswa memilih salah satu bidang seni sesuai
dengan minatnya; 3) Pembelajaan secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama
antara guru-guru bidang seni yang bersangkutan; 4) Sekolah yang hanya memiliki
guru salah satu bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni
sesuai dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran
seni secara terpadu, sesuai dengan kemampuannya.
Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan
secara terpisah, tetapi secara integratif dengan materi kegiatan apresiasi
seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Pembelajaran yang
bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari pada hasil,
sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan gagasan kreatif
dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.
Dalam pembelajaran pendidikan seni, pengembangan sikap
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan, dan
pengetahuan. Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan
keahlian profesional, termasuk menggambar dengan mistar (menggambar
konstruksi), perlu ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai dengan
bakat dan minat siswa.
Seni
merupakan hasil ekspresi manusia yang menghasilkan sebuah karya yang bersifat
subjektif yang memiliki nilai estetik (keindahan). Sedangkan pendidikan adalah upaya nyata perubahan kualitas atau bentuk ke arah sempurna. Yang
dimaksud disini adalah upaya sadar orang dewasa kepada anak untuk merubah kwalitas
anak. Paham yang
berkembang dalam mendekati dunia pendidikan seni rupa ada dua pandangan yaitu:
pendidikan dalam seni dan pendidikan melalui seni. Ada enam
pendekatan yang dapat dipilih untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar, yaitu
:
1.
Pendekatan Otoritatif
Pendekatan ini menekankan pada disiplin dan penegakan
kewibawaan. Cara ini penting untuk melatih dan membina aspek kedisiplinan,
ketelitian, prosedur/teknik pembuatan karya tertentu. Ada kegiatan-kegiatan
belajar dan aturan kerja yang harus diikuti untuk mencapai sasaran tertentu.
Pebelajar tidak bisa berlaku dan bekerja seenaknya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan otoritatif dapat
digabungkan dengan pendekatan kompetensi,
misalnya untuk pebelajar menghasilkan sejumlah barang dengan kualitas minimal
tertentu dalam jangka waktu tertentu. Di pusat-pusat industri kerajinan
misalnya, yang sudah menghasilkan barang untuk diekspor perlu dilatih para
calon pekerja melalui sistem magang. Karena ketatnya persaingan dan aturan
perdagangan (ada kendali mutu dan perlu tepat waktu), maka disiplin kerja harus
ditanamkan pemagang yang kelak mungkin menjadi tenaga kerja di perusahaan
tersebut. Dalam proses pembelajaran kerajinan tangan, pendekatan
otoritatif juga digunakan untuk
pembelajaran yang memerlukan disiplin penggunaan alat misalnya :
a.
Menggunakan dan memelihara alat-alat. Ada alat-alat
harus dipelihara dan digunakan menurut cara yang benar. Jika tidak, alat akan
rusak atau membahayakan. Contoh: bagaimana menggunakan gergaji dan ketam serta
pahat, bagaimana menyimpannya.
b.
Mencapai penguasaan tertentu. Misalnya, setiap peserta
didik harus bisa mencapai mutu tertentu dalam kerapihan anyaman atau ukiran.
Jika belum dicapai harus dilatih berulang terus.
2.
Pendekatan Permisif
Jenis pendekatan ini menekankan pada segi kebebasan
penuh terhadap anak didik. Kebebasan adalah hak setiap orang. Belajar itu
sendiri berlangsung dalam diri masing-masing, tak dapat dipaksakan. Hasil
belajar dianggap akan optimal jika sesuai dengan minat dan keinginan peserta
didik. Oleh sebab itu, menurut pandangan ini, jangan ada pengarahan-pengarahan
atau petunjuk-petunjuk.
Pendekatan permisif digunakan sewaktu-waktu untuk
memberi kesempatan peserta didik menciptakan bentuk baru atau mencoba bahan
baku. Misalnya, pembelajaran kerajinan membatik teknik ikat celup untuk siswa
kelas Sekolah Dasar; setiap siswa dibolehkan menciptakan sendiri bentuk-bentuk
baru. Contoh lainnya, dalam kegiatan menggambar ekspresi (menggambar bebas).
Namun sesungguhnya pendekatan permisif penuh jarang dilakukan, karena ada saja
keharusan mentaati aturan kerja atau ada saat-saat siswa perlu petunjuk
instruktur.
3.
Pendekatan demokratis
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa tiap
orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat. Berbeda dengan pendekatan
permisif, gagasan pendekatan demokratis tidak menghendaki kebebasan penuh,
sebab kebebasan seseorang harus juga memperhatikan kebebasan orang lain dalam
kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan demokratis lebih cocok digunakan sebagai
kebijakan umum, terutama jika mengingat bahwa peserta didik adalah manusia
dewasa yang sudah memiliki kesadaran diri dan kesadaran sebagai warga negara. Setiap warga negara atau peserta
didik dapat mengajukan gagasannya dalam rangka memperbaiki mutu hasil karya.
Mereka hanya akan senang belajar dalam suasana kondusif-demokratis. Peran guru
dalam hal ini sebagai fasilitator dan dinamisator.
4.
Pendekatan proses kelompok
Menekankan pada pembentukan kelompok yang erat (kohesif).
Kelompok yang bekerja sama secara erat akan menghasilkan nilai lebih. Kelompok
bukan sekedar penjumlahan dari individu-individu, tetapi kesatuan yang memiliki
kekuatan. Pendekatan ini ditunjang oleh psikologi massa khususnya dinamika
kelompok. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan kelompok adalah membina kerja
sama di antara siswa dalam menyesaikan permasalahan bersama.
Dalam hal ini mereka saling melakukan interaksi dan
sekaligus saling mengenal lebih dekat mengenai kekuatan dan kekurangan fotensi
yang dimilikinya sehingga diharapkan saling mangisi, saling membantu dan
mentolelir antara yang satu dengan yang lainnya. Pendekatan-pendekatan ini
dapat dipilih secara silih berganti sesuai keperluan; bisa jadi pula suatu
proses kegiatan menggunakan beberapa pendekatan. Maka kita katakan bahwa
pendekatan eklektik (gabungan) adalah cocok digunakan.
5.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses menekankan pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikannya. Keterampilan
meliputi makna yang luas, meliputi segi fisik/perbuatan, psikis/mental dalam
bentuk oleh fikir dan sikap termasuk kreativitas, serta sosial budaya
(pendayagunaan lingkungan), yang difungsikan untuk mencapai hasil tertentu. Guru
dapat memberi stimulasi untuk penciptaan model-model inovatif. Pendekatan yang
sering dipakai biasanya pendekatan Inspiratif, pendekatan analisis hasil karya
dan pendekatan empatik
6.
Pendekatan Inspiratif
Pelaksanaan pendidikan seni rupa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah harus memperhatikan dan mempettimbangkan bahwa pendidikan seni
sabagai wahana bermain yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika
kita menggunakan pendidikan seni sebagai
sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni,
meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan. Pendekatan
yang yang utama dalam pembelajaran pendidikan seni rupa ialah pendekatan inspiratif.
Karya seni merupakan curahan emosi yang diberi bentuk
yang indah dan kreatif. Karya ini lahir dari keharuan, dari hari nurani yang
paling dalam. Bagi dunia anak, jenis pendekatan inspiratif ini diharapkan dapat
menggugah keharuan anak untuk mencurahkan ekspresinya ke dalam bentuk karya
seni. Bentuk penggugah keharuan yang oleh Lansing disebut dengan istilah
stimulation dan cultural stimulation yang terdiri dari: Direct experience as a form stimulation (pemberian rangsangan
melalui pengalaman), Verbal stimulation
(perangsangan malalui cerita/dongeng), Art
material as stimulation (perangsangan melalui bahan), dan Audio-visual aids as stimulation
(perangsangan melalui media audio visual).
B. Pengertian dan Tujuan Penggunaan Metode
Metode merupakan kegiatan menata dan mengelola pelaksanaan
pengajaran yang efektif yang melibatkan segala bentuk interaksi antara siswa,
guru dan sumber belajar. Metode pengajaran membicarakan bagaimana membelajarkan
siswa sesuai dengan harapan-harapan dan mewujudkan perubahan positif. Proses
pembelajaran melalui informasi, latihan dan keterampilan di harapkan terjadi
perubahan peserta didik dalam segala aspek potensi yang di milikinya. Untuk itu
perlu teknik dan strategi pembelajaran yang tepat guna agar tercapai tujuan
yang di harapkan. Metode pembelajaran membicarakan bagaimana siswa dibelajarkan
sesuai dengan harapan-harapan untuk mewujudkan perubahan positif. Metode
merupakan kegiatan menata dan mengelola pelaksanaan pembelajaran yang efektif
yang melibatkan segala bentuk interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar.
Pola ini merupakan pengalihan langsung pengetahuan atau proses-proses yang
berkaitan dengan pembelajaran.
Tujuan metodologi pengajaran adalah untuk merencanakan
dan melaksanakan cara-cara yang efektif untuk mencapai tujuan. Dasar metode
yang tepat adalah relevansinya dengan tujuan/sasaran yang di rumuskan. Yang
mana indikatornya adalah kualitas hasil pembelajaran dalam proses
pembelajarannya. Pembelajaran seni dapat menggunakan metode seperti ceramah,
demonstrasi, multimedia, slide, pameran, belajar partisipasi, diskusi,
resitasi, latihan, kerja kelompok, kerja kreatif, imitasi, kritik seni dll.
C. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Khusus Seni Rupa
Menurut Sukmadinata, metode pembelajaran dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu :
1.
Pembelajaran Teori
a.
Pembelajaran ekspositorik : ceramah, Tanya jawab dan
demonstrasi.
b.
Pembelajaran kegiatan kelompok : diskusi, bermain
peran, dll
c.
Pembelajaran berbuat : eksperimen pemecahan masalah,
dll
2.
Pembelajaran praktek
a.
Pembelajaran praktek di sekolah
b.
Pembelajaran praktek di lingkungan kerja
Sedangkan menurut De
Francesco, membagi metode pengajaran pendidikan seni rupa menjadi :
a.
Pengajaran langsung (Directed teaching ),
b.
Ekspresi bebas (Free expression),
c.
Pengajaran inti (core teaching ),
d.
Pengajaran berkorelasi (correlated teaching ).
D. Metode Pembelajaran Seni Rupa di SD
1.
Metode Ekspresi Bebas
Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara
untuk membelajarkan siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya
seni rupa. Agar metode ini tercapai secara maksimal, maka perlu dilakukan :
a.
Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai
perangsang daya cipta
b.
Tetapkan beberapa pilihan media yang cocok
c.
Jelaskan jenis kertas serta alas an pemilihan kertas
tersebut
d.
Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut
Metode ekspresi bebas identik dengan metode ekspresi-kreatif
atau metode kerja cipta. Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat Victor Lowenfield yang menganjurkan agar
setiap guru yang bermaksud mengembangkan kreasi siswanya untuk bebas
berekspresi (free expression) atas
dasar tersebut metode ini sering disebut metode ekspresi-kreatif. Dalam
pelaksanaan metode ini, kehadiran guru memiliki peran sangat kecil bahkan
hampir tidak diperlukan. Metode hasil kerja cipta dapat di terapkan dalam
kegiatan menggambar dekorasi, mendesain benda-benda kerajinan, menggambar
reklame dan sebagainya.
Langkah-langkah kegiatan metode kerja cipta sebagai berikut :
a.
Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada
kedudukan konsep dalam proses kelahiran suatu karya.
b.
Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada desain
gambar dekorasi, reklame atau barang-barang kerajinan yang akan dibuat.
c.
Selama proses pengerjaan, guru menganjurkan sumbang
saran antar siswa terjadi.
d.
Guru memberikan saran, petunjuk dan pengarahan
mengenai konsep yang dikemukakannya serta memberi petunjuk kepada siswa yang
mengalami hambatan.
e.
Selama proses kerja berlangsung, keterampilan-keterampilan
dasar dan menengah sudah harus betul-betul dikuasai.
2.
Metode Demonstrasi-eksperimen
Demonstrasi adalah kegiatan guru/ instruktur
memperagakan proses pembuatan suatu benda kerajinan. Eksperimen adalah siswa
mencoba sendiri setelah memperhatikan suatu proses pengerjaan yang
didemonstrasikan guru. Dengan prinsip belajar : dengar/perhatikan, kerjakan dan
periksa.
3.
Metode Mencontoh
Metode mencontoh merupakan metode tertua dalam seni
kerajinan. Metode ini banyak dilakukan di pusat-pusat pembelajaran seni zaman
dahulu. Untuk belajar keterampilan motorik, cara ini dapat dilakukan. Pada
dasarnya metode mencontoh memiliki manfaat yang tinggi dalam meningkatkan
kemampuan motorik, sedangkan untuk keterampilan mental dan kreasi tidak
memiliki apa-apa. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan
mencontoh, diantaranya. Metode mencontoh baik digunakan apabila ditujukan untuk
:
a.
Melatih dasar keterampilan fisik;
b.
Memperoleh bentuk yang sama walaupun ukurannya
diperbesar atau diperkecil;
c.
Memproduksi benda teradisional;
d.
Memahami proporsi dan anatomi yang tepat dari benda
yang akan di tiru.
e.
Kegiatan mencontoh harus memiliki makna bagi proses
belajar siswa
f.
Mencontoh tidak di jadikan kebiasaan
g.
Sebaiknya model yang akan ditiru dipilih oleh siswa
itu sendiri
h.
Seyogyanya secara berangsur-angsur apa yang dilakukan
oleh siswa berubah dan membuat aplikasi tepat menjadi modifikasi model yang
dicontoh.
Yang termasuk jenis-jenis mencontoh adalah :
a.
Metode mencontoh dengan bantuan kertas karbon;
b.
Metode mencontoh dengan bantuan kertas tipis;
c.
Metode mencontoh dengan bantuan sinar lampu;
d.
Metode mencontoh dengan bantuan alat proyektor;
e.
Metode mencontoh bantuan skala garis / skala berpetak;
f.
Metode mencontoh dengan bantuan alat pantograph;
g.
Metode mencontoh secara langsung.
Tujuan dari metode ini adalah :
1)
Melatih siswa bekerja teliti dalam mengamati model
yang akan digambar.
2)
Melatih siswa dalam mencari posisi/ sudut pandang yang
baik dari model yang akan di gambar.
3)
Siswa dihadapkan pada kenyataan yang rasional sehingga
tidak terjadi penyimpangan dari gambar yang ditiru.
4)
Melatih kepekaan rasa agar lebih sensitif terhadap
keindahan.
4.
Metode Stick Figure
Penggunaan metode ini biasanya dipakai dalam
menggambar adegan gerak (action)
manusia atau binatang. Metode ini merupakan penyederhanaan bentuk atau wujud
menusia atau binatang menjadi tongkat atau garis patah-patah sesuai dengan
lekukan/persendian pada manusia atau binatang.
5.
Metode Global
Metode ini biasa digunakan pada awal belajar menggambar
bentuk. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar anak dapat menangkap bentuk
keseluruhan dari bentuk model yang disediakan. Secara teknis penggunaan metode
ini dibagi dua, yaitu:
a.
Dengan teknik silhulet
Teknik ini dipandang lebih mudah,
karena anak diminta untuk menangkap benda secara keseluruhan dengan mengabaikan
bagian-bagian detailnya. Metode ini cocok untuk siswa yang sedang belajar pada
tahap-tahap awal.
b.
Dengan teknik kontur
Teknik ini lebih cocok bagi siswa,
mahasiswa atau ahli gambar teknik yang sudah memiliki kemampuan motorik. Secara
teknik, penggambar dituntut untuk menangkap benda secara global dan
menyederhanakannya dalam bentuk gambar-gambar dasar (geometris) yang dibuat
dengan goresan garis. Kemudian gambar tersebut dikembangkan untuk disempurnakan
menjadi bentuk benda yang kompleks (detail).
6.
Metode kerja kelompok
Ada dua macam metode kerja kelompok, yaitu :
a)
Metode Group Work
(kerja kelompok jenis paduan)
Dalam kegiatan ini para siswa
bekerja sama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar yang sebelumnya telah
dirancang oleh seorang temanya yang bertindak sebagai ketua kelompok sekaligus
sebagai desainer.
b)
Metode Collective painting (kerja kelompok jenis
kumpulan)
Perbedaan antara metode kerja
kelompok jenis paduan dengan metode ini adalah jumlah anggota harus genap dan
pembagian tugas-tugas kelompoknya.
7.
Metode-metode dalam kritik seni
Chapman
(1978:80) menyebutkan metode kritik seni dalam upaya mengembangkan kemampuan dan
kepercayaan diri siswa dalam melakukan kritik seni. Metode-metode tersebut
adalah :
a.
Metode induktif
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan
metode ini adalah :
1)
Gambarkan dasar karakter karya
2)
Gambarkan hubungan antar bagian
3)
Gambarkan wilayah dan kualitas keseluruhan
4)
Tafsirkan aspek-aspek yang dihubungkan dengan pengalaman
5)
Tafsirkan dan ringkas ide, tema,kualitas ekspresi dari
makna dari karya
6)
Evaluasi karya dengan criteria kritikdan tunjukkan
bukti-bukti untuk mendukung penilaian.
b.
Metode Dedukatif
Pendekatan ini dapat mempertinggi
keterlibatan antara pekerja seni, secara khusus jika kita mau untuk
meletakkannya sebagai percobaan, untuk dibicarakan, yang memerlukan waktu
banyak dengan standar perbedaan masing-masing. Pendekatan ini juga memberikan
peluang bentuk pembahasan yang dapat membuktikan ketertarikan dan kejelasan
tentang seni. Langkah yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah :
1)
Tentukan kriteria yang akan digunakan
2)
Uji karya seni untuk mengidentifikasi fakta-fakta yang
spesifik
3)
Tentukan tingkat (degree) kriteria yang dipandang
pantas
c.
Metode Empatik
Adapun beberapa teknik yang dapat
membantu mengembangkan rasa empati dan keterlibatannya ketika kita menilai
suatu karya seni, diantaranya :
1)
Jangan memandang karya seni terlalu berlebihan karena
dapat melupakan orang yang lebih terlatih pada bidang seni.
2)
Memandang kualitas visual secara murni
3)
Gunakan analogi dan metaphora untuk menghubungkan apa
yang kita lihat dan rasakan
4)
Gunakan pengalaman dan pengetahuan sendiri untuk
membandingkan apa yang kita lihat dapat dirasakan
5)
Jangan takut meninggalkan satu aspek dari karya
6)
Dengan seluruh pengertian, dapatkan secara fisik dan
imajinasi
7)
Menilai karya jika kita mau melakukannya.
d.
Metode Interaktif
Pendekatan ini tidak semata-mata
pendekatan deskriptif, ini bermaksud untuk menemukan sampai terjadi diskusi dan
debat secara berkelompok untuk membahas karya seni. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam pendekatan ini adalah :
1)
Pilihlah moderator dan jelaskan aturan mainnya
2)
Gambarkan seperti banyak orang yang memungkinkan untuk
masuk kedalam proses menjelaskan karya.
3)
Ketika orang kelihatan untuk keluar dari penjelasan,
kemudian panggil hipotesis.
4)
Bawa kelompok untuk mendiskusikan hipotesis sehingga
beberapa peserta diskusi memperlihatkan penafsiran dengan kesepakatan kelompok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan dan metode pembelajaran merupakan faktor
penting dalam proses pembelajaran seni di sekolah. Karakteristik mata pelajaran
seni yang unik dan berbeda dengan mata pelajaran pada umumnya menunut persiapan
atau perencanaan yang matang. Perlu diketahui bahwa hasil belajar dalam
pembelajaran seni umumnya tidak serta merta tampak pada saat itu juga. Tujuan
penyelenggaraan pendidikan seni di sekolah umum mengisyaratkan bahwa
pembelajaran seni merupakan rangkaian proses pendidikan yang hasilnya mungkin
baru akan terasa setelah sekian lama siswa meninggalkan tempat pendidikannya.
Untuk itulah pendekatan dan metode pembelajaran dalam penyelenggaraan
pendidikan menjadi sangat penting untuk diketahui.
Pendekatan pembelajaran pendidikan seni rupa digunakan
sebagai penentu hubungan antara manipulasi pembelajaran dengan kinerja atau
hasil pembelajaran. Pandangan pendidikan seni rupa dalam pendekatan
pembelajaran ada dua yaitu: (1) Pendidikan seni rupa, (2) Keterampilan berkarya
seni rupa.
Metode merupakan kegiatan menata dan mengelola
pelaksanaan pembelajaran yang efektif yang melibatkan segala bentuk interaksi
antara siswa, guru dan sumber belajar. Tujuan metodologi pengajaran adalah
untuk merencanakan dan melaksanakan cara-cara yang efektif untuk mencapai
tujuan. Dasar metode yang tepat adalah relevansinya dengan tujuan/sasaran yang
di rumuskan. Yang mana indikatornya adalah kualitas hasil pembelajaran dalam
proses pembelajarannya. Pembelajaran seni dapat menggunakan metode seperti
ceramah, demonstrasi, multimedia, slide, pameran, belajar partisipasi, diskusi,
resitasi, latihan, kerja kelompok, kerja kreatif, imitasi, kritik seni dll.
Metode pembelajaran seni rupa terdiri dari metode ekspresi bebas, metode
demonstrasi-eksperimen, metode mencontoh, metode stick figure, metode global, metode
kerja kelompok, dan metode-metode dalam kritik seni.
B. Saran
Pelajaran seni adalah suatu pelajaran yang berbeda
dari pelajaran lain maka dari itu sebelum memulai pembelajaran seni sebagai
guru harus tahu pendekatan dan metode agar pembelajaran seni di kelas dapat
efektif.
Dalam makalah ini kami berkeinginan
memberikan saran kepada pembaca dalam pembuatan makalah ini kami menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik dari bentuk maupun
isinya. Kami menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui
sejauh mana pembaca mempelajari tentang pendekatan dan metode pembelajaran seni
rupa. Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu
pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA